Inilah Tantangan Syiar Islam di Jepang

Seorang Muslim Jepang tengah mengumandangkan azan.

Berbeda dengan tetangganya Korea atau Cina, perkembangan syiar Islam di negeri matahari terbit belum berjalan maksimal. Kondisi ini tidak terlepas dari minimnya sumber daya manusia (SDM) guna menggeliatkan dakwah.
 
Seorang pendakwah, Nur Ad-Din Mori, memprediksi Islam akan berkembang pesat di Jepang. Namun, persoalannya, SDM pendakwah belumlah cukup. Sekalipun ada, pengetahuan mereka tentang Islam perlu diperluas. "Jika dibiarkan, maka kita sulit berbicara masa depan Islam di negeri ini," kata dia seperti dikutip missionislam.com, Kamis (24/11).
 
Mori mengatakan baru ada lima pemuda Muslim yang kembali ke Jepang berhasil menguasi studi tentang Islam. Selebihnya, hanya menguasai studi tentang Timur Tengah, bukan Islam. Karena itu, Mori mendesak agar komunitas Muslim Jepang memperhatikan masalah ini. 
"Islam adalah agama berfondasi ilmu pengetahuan. Apabila kita tidak bermodalkan pengetahuan, perkembangan Islam di Jepang tidak akan bergerak sebagaimana mestinya," kata dia.

 
Selain masalah pengetahuan mubaligh tentang Islam, komunitas Muslim Jepang juga dihadapkan pada persoalan kendala bahasa. Sebab, sulit mencari literatur Islam dalam bahasa Jepang. Kebanyakan literatur justru berbahasa Inggris atau Arab. Kedua bahasa itu, tidak semua masyarakat Jepang, apalagi komunitas Muslim, menguasainya. 
 
"Hanya ada sedikit mubaligh yang mampu mengajarkan Islam dengan bahasa Jepang. Apalagi selama 40 tahun terakhir, kebanyakan pendakwah merupakan warga asing yang kebetulan tinggal di Jepang," katanya.
 
Distorsi
 Media
Masalah lain yang kemudian mengemuka adalah minimnya sekolah yang mengajarkan pendidikan Islam. Situasi itu berhubungan dengan jumlah masjid yang terbatas. Belum lagi, saat gempa kemarin, salah satu masjid utama di Kobe hancur.
 
Komunitas Muslim Jepang bukannya pasif. Mereka telah menyiapkan alternatif lain, yakni menyulap hunian tempat tinggal menjadi masjid. Alternatif itu dirasa realistis ketimbang membangun masjid utuh yang membutuhkan biaya besar.
 
Kebutuhan akan masjid dan sekolah Islam juga mendesak dipenuhi untuk menangkal pemberitaan media Barat yang dianggap mendistorsi Islam. Sebab, efek dari pemberitaan media Barat mulai terasa.
 
Tak heran, sebagian masyarakat Jepang melihat Islam identik dengan istilah poligami, Sunni atau Syiah, Ramadhan, Makkah, Allah SWT dan Islam adalah agama Nabi Muhammad SAW.  "Kami masih memiliki harapan kuat di masa depan, komunitas Muslim Jepang akan lebih baik," ujar Mori.
 
Islam pertama kali dikenal orang Jepang pada 1877. Perkenalan selanjutnya dilakukan oleh Turki Utsmani saat mengirimkan tentara lautnya guna memulai hubungan diplomatik dengan Jepang. 
 
Lalu semasa revolusi Rusia, banyak imigran asal Asia Tengah seperti Uzbekistan, Tajik, Kirgiz, Kazakh dan lainnya datang ke Jepang. Mereka menetap di sejumlah kota utama di Jepang. Dari mereka, Islam berkembang di Jepang.
 
Data statistik terakhir menyebutkan, populasi Muslim mencapai 100 ribu jiwa. Namun, angkat tersebut belum dapat dipastikan akurasinya. 

1 komentar:

Unknown said...

Blog yang sangat bagus dan sangat membantu....

kunjungan balik and follow balik ya gan,,,,

http://www.falahmulyana.com/

Happy blogging gan

Post a Comment

"Komentar anda sangat bermanfaat untuk perkembangan blog ini. Jangan lupa adab berkomentar, dan jangan buang waktu untuk spam. Terima Kasih!!!."