Di dalam surat An Nisa’ ayat 9
Allah Swt berfirman:
وليخش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا
عليهم فليتقوا الله وليقولوا قولا سديدا (النساء: 9)
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh karena itu hendaklah mereka
bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Ayat
ini lebih merupakan warning begi kita agar kita benar-benar memperhatikan nasib
dan kondisi generasi di belakang kita, generasi di kemudian hari, sebab شبان
اليوم رجال الغد Kalau saat ini nasib
kita kaum muslimin di mana-mana selalu terpuruk, nampaknya ada some thing
wrong, ada problem besar yang mesti kita carikan solvingnya. Sebab
perangkat-perangkat menuju kejayaan itu yakni Al-Qur’an dan As-Sunah serta
Sirah Rasulullah Saw. Senantiasa terbentang lebar di hadapan kita. Kalau
demikian apanya yang tidak tepat?
Maka
sesungguhnya hal itu terletak pada belum berhasil atau kurang optimalnya
internalisasi Al-Qur’an dan As-Sunah kedalam jiwa setiap muslim. Kita tahu
bahwa Rasulullah Saw adalah ibarat Al-Qur’an berjalan dan para sahabat
merupakan generasi Qur’ani yang unik. Kalau terjadi kegagalan dalam hal
mengadaptasikan Al-Qur’an dan As-Sunnah kepada umat berarti kegagalaln dalam
proses pembinaan dan pengkaderan. Tapi, Alhamdulillah Muhammad Quthub
memberikan isyarat yang dapat menguak jalan tersebut. Kunci bagi penyerapan
Al-Qur’an dan As-Sunah kedalam jiwa tak lain adalah “Al Jiddiyah” artinya harus
ada faktor inner dalam diri seseorang yang menyebabkan dirinya siap dibentuk
oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah. Hal itu ditegaskan pula oleh Asy-Syahid Hasan Al
Banna bahwa kelemahan umat adalah akibat lemahnya “ma’nawiyah” lemahnya
kejiwaan dan mentalitasnya. Oleh karena itu langkah penting untuk membina umat
adalah membangun “Quwwatun Nafsiyah”, kekuatan jiwa dan mentalitas.
Sesungguhnya membentuk umat, membina bangsa, mewujudkan cita-cita dan membela
prinsip menuntut keperkasaan jiwa yang agung.
Namun, apakah perubahan bisa terjadi secara sekaligus
pada semua orang? Dan apakah upaya mereformasi ummat bisa dilakukan dengan
hanya melakukan tabligh-tabligh, ceramah, seminar, diskusi atau bahkan tabligh
akbar dengan mengumpulkan ratusan ribu massa saja? Indah memang, bila pembinaan
dan kaderirasasi masyarakat dapat dilakukan sekaligus dalam waktu singkat
dengan jumlah manusia yang sangat banyak. Lalu munculllah masyarakat Islam,
negara Islam dan seterusnya khilafah Islamiyah. Namun apalah artinya kalau
keindahan itu hanya fatamorgana belaka?
Secara
global untuk melakukan kaderisasi dan pembinaan generasi pelanjut yang Islami
ada tiga pendekatan:
1. الإيمان العميق Yakni penanaman iman yang
kokoh
Keimanan yang bukan hanya berupa ilmu dan perasaan
tentang Keesaan Allah dan tentang kemuliaan para Nabi saja. Keimanan yang bukan
hanya terwujud dalam sholat, dzikir dan munajat ansich. Melainkan keimanan yang
membuahkan “Yaqhotur Ruh”, kebangkitan jiwa, yang ditandai dengan tiga hal.
Pertama yakin bahwa Islam adalah satu-satunya dien yang benar. Yang lainnya
adalah salah. Kedua, memiliki ‘izzah, rasa bangga dengan Islam. Ketiga,
memiliki optimisme akan kemenangan Islam dan bahwa Islam adalah satu-satunya
solusi bagi kebahagiaan hidup manusia.
2. التكوين الدقيق Pembinaan yang akurat.
Pembinaan yang concern terhadap ketiga unsur manusia
secara seimbang, yakni unsur ruh, aqli dan jasad. Dan dengan parameter
keseimbangan tarbiyah inilah akan nampak kelemahan pembinaan yang hanya
terfokus pada pencerahan fikroh saja misalnya. Atau hanya terfokus pada
pembenahan ibadah ansich, atau hanya peningkatan budi pekerti belaka. Pembinaan
Ruhiyan dilakukan dengan memperkokoh hubungan seseorang dengan Allah Swt.
Melalui berbagai cara pendekatan yang disyari’atkan-Nya. Cara itu antara lain,
tilawah Al-Qur’an, membaca wirid-wirid yang diajarkan Rasulullah Saw,
alma’sturat, menegakkan sholat dan shoum sunnah dan lain-lain. Pembinaan akal
dengan mentatsqief, pencerahan wawasan muslim dengan Islam. Baik yang menyangkut
prinsip-prinsip keyakinan aqidah, ibadah, sosial, politik, ekonomi, budaya dan
seterusnya, maupun yang terkait dengan keilmuan Isla, seperti tafsir, Hadits,
dan fiqih. Disamping tentunya tidak boleh diabaikan pembeberan tentang bahaya
serbuan pemikiran, ghozwatul fikri dan gerakan pemurtadan. Sedangkan pembinaan
jasad dilakukan dengan membuat program olah raga dari mulai tingkat kebugaran
hingga tingkat kemahiran dan ketrampilan.
3. العمل المتواصل Yakni kontinuitas dalam berdakwah dan
tarbiyah hingga terbentuk.basis yang kokoh yang diharapkan mampu menghasung
segala bentuk beban dasn resiko dak’wah. Prinsip istimroriah dan kontinuitas
ini tidak dapat diabaikan begitu saja dalamm gerakan dak’wah dan pambinaan
umat. Bahkan setinggi apapun tingkat keilmuan dasn gelart akademik seseorang
baginya tidak ada kata cukup dalam hal tarbiah. Tarbiah berlaku dan diperlukan
sepanjang kehidupan. Terlebih generasi muda. Dan diantara problem besar gerakan
Islam saat ini adalah tidak adanya gerakan yang berkesinambungan untuk membina
para aktifitasnya. Akibatnya gerakan itu serig terelihat mengalami ledakan
semangat yang tidak tertahankan. Namu disaat lain terjadi futur, keloyoan yang
berkepanjangan. Lalu generasi muslim macam apa yang akan dilahirkan dengan
manhaj seperti itu?
Manhaj pembinaan yang utuh akan melahirkan manusia muslim
yang paripurna. Dan manusia muslim ideal adalah yang memiliki ciri-ciri:
aqidahnya lurus dan bersih, ibadahnya besar sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an
dan sunah Rasulullah, akhlaknya mulia, akalnya terdidik dengan ilmu-ilmu Islam,
tubuhnya sehat dan kuat, mampu mencari penghidupan dan tidak menjadi beban orang lain, mamou
mengandalikan hawa nafsu, sangat pandai memanfaatkan dan mengisi waktu dengan
hal-hal yang berguna. Selai itu ia teratur dalam segala urusannya, bermamfaat
bagi orang lain dan mampu memberikan kontribusi bagi khalayak.
Kita semua sepakat bahwa urusan umat ini tidak akan
beres, kecuali bahwa kita harus berpegang dengan apa yang dipegang oleh para
pendahulu kita yaitu Al-Qur’an dan Sunnah. Tantangan terbesar kita sekarang
bukan lagi bagaimana mempertahankan kelestarian dua pokok sumber ajaran Islam
itu, melainkan baagaimana memasukkan pengaruh Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam
jiwa setiap menusia. Sehingga secara efektif mampu membentuk cara pandang,
perilaku dan mentalitas.
Kini disaat-saat yang muram, umat Islam merindukan
kembali para mubasyir yang mampu menyemai semangat motivasi dan harapan akan
masa depannya. Umat Islam seperti yang diungkapla DR. Yusuf Qordhowi dalam
bukunya “mubashirat lil intishooril Islam”, harius banya mengkaji kembali
berita-berita gembita yang telah diterangkan baik dalam Al-Qur’an, Al-Hadist,
sejarah maupun relaita saat ini. Semua itu bekan hanya menina bobokan kit a,
bertopang dan bermalas-malassan sembari menanti pertolongan Allah, akan
tetapijustru untuk memacu semangat, memotivasi diri demi meraih harapan-harapan
yang dijanjikan.
Masa depan cemerlang yang menjadi milik Islam, kejayaannya
yang akan kembali terulang, adalah berita gembira yang harus diyakini setiap
muslim. Allah Swt. Telah menjadikan Islam sebagai cahaya abadi. Sinarnya tidak
akan pernah surut sampai akhir zaman. Ketertekanan dan keterpurukan yang
dialami umatnya justru akan menambah cahaya purnamanya. Itulah yang tersirat
dalam Firman Allah Surah At-Taubah ayat 32:
يريدون أن يطفؤا نور
الله بأعواههم ويأبى الله إلا أن يتم نوره ولو كره الكافرون
Artinya:
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya agama Allah dengan
ucapan-ucapan mulut mereka , dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahayaNya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya”.
Ada tiga rahasia kekuatan Islam yang
menjadikannya mampu betahan abadi sampai akhir zaman. Ketiga rahasia itu
menjadi modal bagi kemengangan Idslam sampai akhir zaman disetiap kurun
waktunya. Tapi di sisi lain, ia justru menjadi titik lemah umat Islam saat
mereka mangabaikannya.
Rahasia pertama adalah Islam sebagai agama kader. Islam adalah agama risalah dan da’wah. Sebab usia
da’wak sesunguhnya adalah usia risalah itu sendiri. Sedangkan tugas da’wah
adalah kewajiban yang harus dipikul setiap pribadi muslim. Dengan demikian,
setiap muslim adalah juga kader bagi agamanya. Karena itu, sampai kapanpun
Islam tidak akan pernah kehilangan kader. Ibarat sebuah pohon abadi,ia akan
terus memunculkan tunas-tunas baru. Daun-daun segar akan selalu menghiasinya
menggantikan yang jatuh berguguran.
Rasulullah
saw. Bersdabda dalam sebuah haditsnya yang artinya :
“sekelompok umatku akan terus menjalankan perintah Allah.
Mereka tidak terganggu oleh orang-orang yang mengecewakan dan menentang
mereka”.
Hadits lain menyebutkan : “Sesungguhnya Allah mengutus
bagi ummat ini setiap seratus tahun orang yang memperbaharui agamanya.” (HR.
Abu Dawud).
Tragedi Bosnia, Kosovo, Afganistan dan
chechnya adalah ayat-ayat kaunuyah yang membuktikan hal tersebut. Betapa tirani
yang bercokol puluhan tahun di dua negara komunis terbesar, yaitu Uni Sovyet
dan Yugoslavia, sama sekali tidak mampu memadamkan cahaya Islam. Bahkan selama
puluhan tahun itu pula mungkin kita tidak menyangka bahwa di sana ada saudara
muslim kita. Lalu sekarang kita terhenyak menyaksikan munculnya mujahid-mujahid
agung yang mempertaruhkan jiwa raganya demi kelangsungan risalah ini. Sebuah militansi
yang tidak mucul betgitu saja., sebagaimana di bumi pertiwi, tragedi Ambon dan
Maluku adalah juga ayat-ayat kauniyah yang harus dibaca, ditafakkuri dan
ditadabburi,
Rahasia kedua, sebenarnya sebab utama kelemahan ummat
Islam adlah pada dirinya sendiri, bukan pada kekuatan musuhnya. Ini yang terkadang tidak disadari. Ironisnya, hal itu
tidak menjadi acuan dan motivasi umat Islam dalam membentengi diri. Padahal,
sejarah begitu gamblang mengajarkan bahwa kejayaan dan keterpurukan Islam
berada di tangn kita sendiri. Selama ummat Islam memiliki ‘izzah dan harga
diri, sebesar apapun kekuatan musuh sama sekali tidak akan berarti. Benarlah
snyalemen Rasulullah saw. Tentang sebab kemalangan yang akan menimpa ummtatnya
di suatu zaman. Saat itu, nasib mereka bak sebuah hidangan yang diperebutkan
orang-orang yang lapar dari segala pnjuru. Munurut Rasulullah, saat itu
ummatnya dihinggap penyakit “wahn” yaitu cinta dunia dan takut mati.
Rahasia ketiga Allah swt. Senantiasa menjaga kemurnian
Al-Qur”an.
Allah
swt. Berfirman :
إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون (الحجر:9)
Artinya:
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur”an dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-Hijr : 9)
Penegasan
Allah swt. Untuk menjaga kemurnian Al-Qur”an menunjukkan adanya jaminan penjagaan
terhadap keabagian Islam. Sebab Al-Qur”an adalah sumber utama ajarannya.
Sayangnya, kini ummat Islam terlampau jauh melalaikannya. Karena itu tidak
heran kini ajaran Al-Qur”an serasa hilang dalam kehidupan muslim.
Akhirnya,
semua itu terpulang kepada ummat Islam sendiri. Yang jelas, masa depan Islam
dan kejayaannya telah dijanjikan Allah dan RasulNya kepada ummat Islam,
Keikhlasan
serta kesungguhan ‘amallah yang akan mementukan seberpa cepat proses kejayaan
itu terwujud. Sebab pertlongan Allah kepada hambaNya akan berbanding lurus
dengan kualitas kerjanya. Yakinlah kemengan itu pasti akan datang, jika belum
pada generasi kini, ya generasi sesudahnya, dan jikapun generasi sesudahnya
belum juga, ya generasi berikutnya, begitu seterusnya. Dan di sinilah letak
urgensi pembinaan dan pendidikan generasi muda Islam.
0 komentar:
Post a Comment
"Komentar anda sangat bermanfaat untuk perkembangan blog ini. Jangan lupa adab berkomentar, dan jangan buang waktu untuk spam. Terima Kasih!!!."