Brak..! brak..! brak..! terdengar
suara dinding masjid yang terbuat dari kayu dipukul dari luar dengan keras,
sehingga membuat Syekh Atho’illah (Salah satu Imam besar Masjid Al Aqsa
Palestina yang sedang berkunjung ke Wollongong) menghentikan tausiyah subuhnya.
“Stop your speech or I call the police..!” terdengar teriakan dari luar mesjid.
Seketika Muhammad kemudian berdiri dan berlari keluar meninggalkan majelis
pengajian untuk melihat situasi yang terjadi. Ternyata seseorang telah berdiri
disamping Omar Mosque dengan wajah yang tidak bersahabat.
Muhammad mengenali wajah itu, yang
ternyata orang tersebut adalah Si Yahudi yang tinggal tepat di sebelah Omar
Mosque. Ternyata Ia merasa terganggu dengan suara pengajian subuh yang diadakan
di dalam Masjid. Terdengarlah sayup-sayup ancaman Si Yahudi kepada Muhammad
apabila ia meneruskan pengajian dengan pengeras suara, maka ia akan meminta
Wollongong Council untuk menutup Omar Mosque. Terdengar pula Muhammad yang
dengan santun meminta maaf dan berjanji tidak akan mengeraskan suara pengajian
subuh agar tidak mengganggu tidur Si Yahudi tersebut.
Memang kebijakan untuk menghargai
tetangga lebih diutamakan di bumi Australia ini, kenyamanan dan ketenangan
penduduk sangat dijaga, bahkan suara kumandang adzan-pun tidak pernah terdengar
karena itu dianggap mengganggu kenyamanan para penduduk yang sebagian besar non
Muslim. Oleh karena itu, untuk memastikan waktu Sholat, para Muslim di
Australia menggunakan jadwal sholat dari Internet, kalender ataupun program
komputer yang ada di telepon genggam.
Setelah Si Yahudi beranjak pulang,
Muhammad kemudian masuk kembali ke dalam masjid, dan kemudian mengumumkan untuk
tidak menggunakan pengeras suara keras-keras karena itu akan mengganggu
tetangga. Reaksi jamaah-pun bermacam-macam dan beberapa yang agak emosi, namun
mereka kemudian ditenangkan oleh Syekh Atho’illah. Beliau membacakan Al-Quran
Surat Al-Baqarah, ayat 120 yang artinya:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah,
'Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)'. Dan sesungguhnya
jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka
Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.
Beliau berpesan supaya seluruh jamaah
dapat menempatkan dan menjaga diri, karena mereka hidup di Negara non muslim,
lebih-lebih beliau juga berpesan agar seluruh jamaah memperlihatkan akhlak
mulia seperti yang telah dicontohkan oleh Rosululloh SAW. Dengan bijak Beliau
juga menjelaskan bagaimana Ujian yang dialami Rosululloh SAW jauh melebihi
ujian yang diberikan kepada jamaah semua.
Selang satu minggu kemudian, pengurus
Omar Mosque mengadakan rapat tentang kejadian yang baru menimpa pengajian subuh
tersebut. Dari hasil rapat itu diputuskan beberapa pilihan yang salah satunya
adalah bersama-sama mengumpulkan uang untuk mencoba membeli rumah Si Yahudi
tersebut, supaya kegiatan masjid tidak terganggu.
Keesokan harinya Doktor Munir yang
merupakan Ketua Takmir Omar Mosque, Syekh Abdurrahman dan dua jamaah mewakili
seluruh jamaah Omar Mosque bertamu ke rumah Si Yahudi untuk menyampaikan
keinginan jamaah yang akan membeli rumah Si Yahudi dan menggantinya dengan
tanah dan rumah yang lebih besar yang telah dimiliki oleh Essence of Life,
yaitu sebuah organisasi pehimpunan masyarakat muslim yang tinggal di daerah
Illawara, New South Wales.
Namun ternyata Si Yahudi tidak ingin
menjualnya, “I will never sell my house to you and your community to my death!”
(saya tidak akan pernah menjual rumah saya kepadamu ataupun kepada kelompokmu!)
kata Si Yahudi tersebut. Dengan ketus Ia menolak tawaran pengurus Omar Mosque
untuk membeli rumah dan tanah miliknya.
Keempat pengurus masjid itupun
kemudian mohon pamit dan kembali ke Omar Mosque. “We do need more doa to Alloh,
because everything is easy if Alloh have an intention,” kata Syekh Abdurrahman
dengan tersenyum. Kalimat itu kemudian diamini oleh ketiga pengurus lainnya.
Di setiap akhir dari khutbah Jumat,
tidak lupa Syekh Abdurrahman selalu berpesan kepada seluruh Jamaah untuk berdoa
agar Alloh memberikan kemudahan dan pertolongan supaya perluasan Omar Mosque
yang selama ini terhambat oleh keberadaan rumah Si Yahudi segera terselesaikan,
sehingga tidak ada lagi jamaah yang harus mengikuti sholat jumat di jalan-jalan
dan pelataran masjid, karena memang tempat di dalam masjid sudah tidak cukup
untuk menampung seluruh jamaah.
Hari berganti hari, minggu berganti
minggu, datanglah sebuah kabar gembira dari Doktor Munir, bahwa Si Yahudi menelpon
beliau dan memberi pesan apabila ia akan menjual rumahnya dengan harga 700.000
dollar Australia. Suatu harga yang sangat mahal untuk rumah dan tanah seluas
rumah milik si Yahudi. Kas Masjid masih jauh dari mencukupi. Tetapi karena
letaknya yang sangat strategis dan memang Omar Mosque sedang butuh tempat
tersebut, maka pengurus masjidpun segera menginformasikan berita ini kepada Jamaah.
Sebuah berita datang dari seorang
Arab, Ia menginformasikan bahwa Raja Arab Saudi akan membantu dana untuk
membeli rumah dan tanah tersebut seratus persen, asal dengan satu syarat, bahwa
nama Omar Mosque diganti dengan nama King Abdullah Mosque. Yaitu nama Raja Arab
yang akan menyumbang tersebut. Serentak para jamaah menolak tawaran itu. “We
don’t need his money, don’t worry, we can collect the money without
contribution from this arrogant king,” (Kita tidak butuh uangnya, jangan takut,
kita dapat mengumpulkan uang tanpa bantuan raja yang sombong ini), Seru salah
satu jamaah.
Kejadian inipun direspon cepat oleh
para jamaah, mereka kemudian bersama-sama berusaha mengumpulkan uang untuk
pembelian rumah Si Yahudi ini. Bahkan tidak ketinggalan Si Yusuf, Muallaf yang
baru masuk Islam juga rela mengumpulkan uang infaq hasilnya berjualan kue
buatan ia sendiri pada saat sebelum dan sesudah sholat Jumat dilaksanakan.
Namun apa yang diharapkan ternyata masih jauh dari kenyataan, sumbangan hanya
terkumpul sebesar 200.000 dollar Australia. Akhirnya uang itupun tetap
dibayarkan kepada Si Yahudi sebagai tanda jadi. “Your time is only three
months, if you can’t paid in full, you will lost your money,” (Waktumu hanya
tiga bulan, jika kamu tidak bisa melunasinya, kamu akan kehilangan uangmu),
ancam Si Yahudi.
Tiga bulan bukanlah waktu yang pendek
untuk mencari uang sebesar 500.000 Dollar Australia. Namun apa boleh dikata,
Karena apabila dalam waktu tiga bulan itu uang tidak terlunasi, maka uang muka
akan hilang. Beberapa Jamaah juga menyebarkan informasi ini ke saudara-saudara
dan komunitas Muslim di Luar Wollongong. Ada beberapa sumbangan dari Canberra,
Melbourne, Sydney, New Castle dan beberapa tempat lain di Wilayah Australia.
Hingga satu bulan sebelum deadline, Uang sumbangan masih terkumpul sebesar
200.000 dollar Australia, masih kurang 300.000 dollar Australia lagi.
Syekh Abdurrahman dan pengurus Omar
Mosque yang Lain memutuskan untuk bersafari Keliling Australia, beliau menjadi
Imam Sholat Jumat di beberapa kota besar di Australia, sekaligus menyampaikan
rencana pembelian rumah si Yahudi kepada Jamaah Jumat. Tidak ketinggalan, para
Jamaah Omar Mosque juga berusaha memperbanyak doa untuk kelancaran pengumpulan
uang setiap selesai sholat fardu
Dikesunyian malam, sehabis sholat
Isya berjamaah di Omar Mosque, dimana hari itu adalah tepat satu hari sebelum
deadline pembayaran, syekh Abdurrahman kembali menyampaikan kepada Jamaah
tentang perolehan dana. “We need One hundreds thousand and seventy dollars
more,” katanya dengan sedih. Dengan pelan beliau menyampaikan bahwa dana yang
didapat masih belum cukup untuk menutupi kekurangan pembayaran, karena
pengumpulan dana waktu itu bersamaan dengan pengumpulan dana untuk pembangunan
sebuah masjid di daerah Sydney, sehingga banyak dana kaum muslim di Australia
telah banyak terserap untuk pembangunan Masjid tersebut.
“Brother, Let’s pray together, hopely
that Alloh Ridho, and He will help us by his way, If not, hopely that Alloh
give us patient and sincere,” kata syekh Abdurrahman lirih. Kemudian beliau
memimpin doa dengan diamini para jamaah. Ada beberapa Jamaah yang menangis
dalam doanya.
Tak berapa lama terdengar getaran di
HP syekh Abdurrahman yang selalu beliau taruh di rak sebelah tempat Imam yang
menandakan sebuah pesan masuk. Selesai berdoa, beliau mengambil HP dan kemudian
mengecek apakah ada pesan masuk. Ternyata sebuah pesan telah menunggu untuk
dibaca, dan… “Alhamdulillah Syekh, The committee of Sydney Mosque founding
decided to give their money to us. They sent us 200.000 dollars,
subhanalloh..”. Itulah SMS dari Doktor Munir yang saat itu sedang berada di
Sydney.
Alhamdulillah, akhirnya tertutupilah
seluruh biaya untuk pembelian rumah Si Yahudi. Para Jamaah bersuka cita dan
syekh Abdurrahman kemudian memimpin untuk melakukan sujud syukur. Suasana haru
bercampur syukur meliputi seluruh jamaah.
Keesokan harinya, tampak beberapa
barang menumpuk didepan rumah Si Yahudi, yang menandakan ia telah mengosongkan
rumahnya dan pindah entah kemana. Setelah sholat dhuhur beberapa Jamaah ada
yang mencoba memasuki pelataran rumah tersebut karena ingin memastikan bahwa
rumah tersebut telah ditinggalkan penghuninya. Tak berapa lama Syekh
Abdurrahman muncul dan “Now, this is our home brothers,” serunya dengan memeluk
jamaah satu-persatu.
"Bilakah datangnya pertolongan
Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (QS.
Al-Baqarah [2] : 214)
Subhanalloh…!
0 komentar:
Post a Comment
"Komentar anda sangat bermanfaat untuk perkembangan blog ini. Jangan lupa adab berkomentar, dan jangan buang waktu untuk spam. Terima Kasih!!!."