Allah
SWT menjanjikan, barang siapa yang sangat ahli dalam membaca nikmat dan
mensyukurinya, maka Allah akan menambah nikmat yang diberikan. Namun
sebaliknya, barang siapa yang kufur serta mendustakan nikmat, maka Allah SWT akan
mengubahnya menjadi azab yang sangat pedih.
Syukur
adalah kunci yang membuat seseorang menjadi bahagia, menjadi mulia dan selalu
diselimuti nikmat, dan sebaliknya orang yang kufur nikmat hidupnya akan selalu
runyam, batinnya selalu gelisah dan bermuram durja. Orang seperti ini akan
mendapatkan kemurkaan Allah SWT, karena tidak tahu bagaimana mensyukuri nikmat
ini.
Datangnya
jamaah haji ke tanah suci sepatutnya membuat orang tenggelam dalam lautan
syukur tiada bertepi. Sepertinya orang yang datang ke tanah suci ini harus
sangat malu karena jauh lebih banyak orang-orang yang lebih berhak untuk sujud
di tanah suci ini. Ada orang desa yang jika malam tiba dia selalu shalat
qiyamullail, air matanya terus bercucuran dalam dzikir yang selalu menggetarkan
hatinya, yang hapalan Al-Qurannya tidak hanya hapal diakal tapi sudah menjadi
bagian dari pribadinya, tapi belum juga sampai ke tanah suci ini.
Maka
maaf saja jikalau ada jamaah haji yang begitu takabur dan sombong merasa datang
ke tanah suci karena kemampuan uangnya, merasa datang ke tanah suci dengan
kekayaan hartanya, dengan kedudukannya, dengan ilmunya atau dengan
kekuasaaannya. Ini adalah gejala-gejala jamaah haji yang kufur nikmat karena
sesungguhnya salah satu syarat syukur adalah menyadari bahwa semua ini adalah
merupakan karunia Allah semata, tiada satupun yang bisa membuat kita berada di
tanah suci ini kecuali hanya karena Allah SWT. Bukan karena kepintaran, bukan
karena kehebatan, demi Allah, tidak ada satupun yang membuat kita bersimpuh
sujud di tanah suci ini kecuali hanya Allah.
Barang
siapa yang merasa datang ke tanah suci dengan kekuatan dirinya itulah
gejala-gejala orang yang akan banyak bermasalah selama di tanah suci. Kalau
orang pergi haji karena merasa sudah membayar dengan uangnya, dia akan terus
menuntut sesuatu yang sesuai dengan keinginannya. Tetapi bagi orang yang sadar
bahwa ongkos itu hanyalah karunia Allah, dia tidak akan pernah berat
menafkahkan hartanya dijalan Allah. Beda dengan yang merasa bahwa uang itu
milik dirinya sendiri, milik pribadinya, dia akan selalu menjadi masalah dengan
uangnya, akan jadi masalah dengan fasilitasnya. Sedangkan orang yang datang ke
tanah suci karena Allah yang maha Agung dalam menjamu tamu-tamuNya, tidak
pernah ada keluh kesah dalam kesulitannya selain syukur, hanya syukur dan
syukur saja. Melihat apapun bersyukur, mendengar apapun bersyukur, sepanjang
itu menjadi kebaikan untuk disyukurinya. Ahli syukur akan tampak dari
pribadinya, wajahnya selalu jernih dan merasa malu kepada Allah.
Alangkah anehnya jika ada jamaah haji yang sibuk lisannya mencaci maki, sibuk lisannya berkeluh kesah. Apa yang harus kita keluhkan dengan jamuan Allah yang sangat melimpah ini? Dan andaikata kita mau bertambah syukur saat menunaikan ibadah haji, salah satu tekniknya adalah lihatlah kepada orang yang lebih gesit dari kita.
Alangkah anehnya jika ada jamaah haji yang sibuk lisannya mencaci maki, sibuk lisannya berkeluh kesah. Apa yang harus kita keluhkan dengan jamuan Allah yang sangat melimpah ini? Dan andaikata kita mau bertambah syukur saat menunaikan ibadah haji, salah satu tekniknya adalah lihatlah kepada orang yang lebih gesit dari kita.
Seharusnya
selama kita di Masjidil Haram melihat kakek yang tawaf, kita jadi malu karena
orang sudah jompo dan sudah tungkup masih tetap mau tawaf, itulah salah satu
tanda syukur kita. Kita diberikan kesehatan begini, kita lihat ada juga yang
cacat yang jalannya pakai lutut, kita harusnya bersyukur, "Ya Allah Engkau
perlihatkan saya melihat dia, Engkau takdirkan saya menjadi normal."
Kita bersyukur dengan tekad supaya
tubuh ini penuh manfaat. Kita lihat saudara-saudara kita yang berada di pinggir
jalan bergeletakan tidak punya tempat bernaung, Alhamdulillah harusnya kita
bersyukur. Harusnya air mata ini berderai-derai merasakan syukur yang luar
biasa tiada bertepi. Tetapi bagi orang yang kufur nikmat selalu ada yang
kurang, salah semuanya, kurang semuanya. Akibatnya wajahnya bermuran durja
tidak ada kecerahan, kata-katanya cenderung terus meremehkan, menghina,
mencela, memaki, mengeluh, tidak ada kata-kata yang indah. Raut muka menjadi
rusak, cara bicaranya juga emosional membuat orang yang mendengar menjadi
terpengaruh hingga sama-sama busuk hati dan tidak disebut nama Allah SWT. Orang
inilah yang tidak pernah menikmati ibadah dalam bentuk apapun, karena kufur
nikmat memang merupakan sebuah perbuatan yang amat tercela, amat hina, amat
tiada tahu diri, naudzubillahimindzalik.
Dikisahkan ada seseorang yang
beribadah terus menerus selama tujuh puluh tahun tanpa henti sampai dia
meninggal. Allah memerintahkan malaikat supaya memasukkanya ke sorga dengan
rahmat Allah SWT, namun orang yang mau dimasukkan ke sorga itu bertanya:
"Ya Allah bukankah saya sudah tujuh puluh tahun ibadah tiada henti,
mengapa Engkau masukkan saya ke sorga karena rahmatMu? Bukankah saya bisa ke
sorga dengan amal kebaikan saya?"
Maka Allah memerintahkan malaikat
untuk menimbang semua kebaikannya, ternyata sesudah ditimbang tujuh puluh tahun
ibadah tiada henti, masih belum cukup untuk mensyukuri sebelah mata saja nikmat
dari Allah SWT. Masya Allah… untuk mensyukuri sebelah mata saja kita tidak
cukup, apalagi mensyukuri nikmat seluruh tubuh ini. Belum lagi kita mensyukuri
nikmat Islam hingga tidak dijadikan kita ini orang yang tersesat, belum lagi
kita diberikan nikmat iman, nikmat untuk bisa menjalankan ibadah ke tanah suci.
Subhannallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.
Oleh karena itu waspadalah bagi
saudara-saudara yang tidak berhati-hati dalam menjaga dirinya, sebetulnya tidak
ada yang bisa menghancurkan haji kita kecuali diri kita sendiri dan tiada yang
membuat runyamnya suatu masalah pada diri kita kecuali orang-orang yang kufur
nikmat. Orang yang kufur nikmat adalah orang yang sibuk mencela daripada memuji
nikmat Allah, yang sibuk merasa kurang dibanding merasakan kelebihan dari Allah
SWT. Memang orang-orang yang kufur nikmat tidak akan pernah menikmati apapun
dalam hidup ini selain kekurangan dan penderitaan. Tidak pernah
tampak kemuliaan dari kata-kata dan pribadinya selain kehinaan dan keburukan.
Tiada Tuhan selain Allah yang Maha
Mendengar, mudah-mudahan kegigihan kita dalam bersyukur bisa diaplikasikan
dalam bentuk lain, seperti berterima kasih kepada yang memberi segala nikmat.
Jarang sekali orang menuntut dirinya untuk berterima kasih namun menuntut orang
lain untuk melakukan sesuatu untuk dirinya. Seorang anak yang tahu balas budi kepada
orang tua adalah anak yang tahu bersyukur, dan biasanya anak soleh ini
dimuliakan dunia akhiratnya oleh Allah SWT.
Seorang murid yang benar-benar
tawadhu dan tahu membalas kebaikan gurunya adalah murid yang bersyukur,
biasanya ilmunya akan barokah membawa manfaat dan juga akan mengangkat derajat.
Tapi sayang banyak diantara manusia yang seperti air susu dibalas dengan air
tuba, melihat orang tua hanya melihat kekurangan dan kesalahannya sehingga
tidak tahu balas budi sehingga digolongkanlah ia menjadi anak durhaka, yang
biasanya penderitaannya di dunia sudah langsung/cash diberikan oleh Allah
kepada anak yang tidak pernah mengenang kebaikan orang tua. Anak
yang tidak tahu syukur, kehidupannya diselimuti bala dan dosa. Orang yang ahli
syukur adalah orang yang selalu lebih banyak mengingat jasa baik orang lain
sebagai jalan dari Allah datangnya nikmat, sementara orang yang kufur nikmat
hanya sibuk dengan kesalahan dan kekurangan orang dan selalu menuntut haknya.
Oleh karena itu waspadalah orang yang tidak punya kemampuan melihat kebaikan
dan jasa orang lain, dia tidak akan menikmati apapun dalam hidup selain kecewa,
dan kekecewaan itu bukan karena orang lain tetapi karena kufur nikmat dirinya
sendiri.
Haji yang Mabrur adalah haji yang
tahu berterima kasih kepada Allah yang diaktualisasikan dengan bersyukur dan
berterima kasih kepada mahluk-mahlukNya. Andaipun kita dapati kesalahan mahluk
dan sebagainya, bisa menjadi ladang untuk memaafkan, ladang untuk memperbaiki
diri, ladang untuk menasehati, bukan menjadi ladang untuk busuk hati.
Syukur kita dengan mulut adalah
dengan terus memperbanyak menyebut nama Allah, dengan banyak menyebut hamdalah.
Syukur kita dengan mulut adalah dengan mencegah setiap perkataan yang tidak
disukai Allah, syukur kita dengan kening adalah dengan memperbanyak bersujud,
syukur kita dengan mata adalah dengan menjaga pandangan dan juga memperbanyak
keakraban dengan membaca Alquran. Syukur kita dengan ukhuwah adalah dengan
tidak menyakiti siapapun, dengan banyak menolong siapa saja. Syukur kita dengan
tubuh adalah dengan menggunakannya untuk meningkatkan ketaatan, syukur kita
dengan harta yang ada adalah dengan kita nafkahkan di jalan Allah dengan cara
yang benar, syukur kita terhadap tenaga adalah dengan melindungi orang yang
lemah teraniaya, syukur kita terhadap ilmu yang kita miliki adalah dengan
menyebarkannya dengan cara yang benar kepada orang lain. Syukur kita terhadap
kedudukan dan jabatan yang kita miliki adalah dengan cara bagaimana menggunakan
jabatan yang dimiliki sehingga membuat orang lain lebih dekat kepada Allah SWT
dan syukur kita terhadap kehidupan ini adalah dengan mempersembahkan yang
terbaik, yang bisa menjadi manfaat di dunia dan bekal kemuliaan di akhirat
kelak.
0 komentar:
Post a Comment
"Komentar anda sangat bermanfaat untuk perkembangan blog ini. Jangan lupa adab berkomentar, dan jangan buang waktu untuk spam. Terima Kasih!!!."