Lahir di keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi memebuat masa kecil Viviana Espin dilalui dengan tak begitu mulus. Ayahnya sering bersikap kasar. Ibunya sangat penurut.
Karakter kasar sang ayah mengakibatkan ia menghabiskan masa kecil cukup keras. Beruntung, ibunya rajin mengajarinya membaca sejak kecil. Sang ibu banyak mengajarinya kata-kata dalam bahasa Inggris. Espin tumbuh menjadi gadis cilik yang cukup cerdas. Ia bahkan sudah bersekolah sejak umur empat tahun.
Espin kecil saat itu dikirim ke sekolah Katolik. Ibunya mengirimkan ke sekolah katolik agar Espin dekat dengan Tuhan. "Ayahku juga suka aku sekolah disana. Itu adalah salah satu sekolah terbaik di kota kami. Ia bisa menyombongkan diri bahwa aku sudah bersekolah kepada teman-temannya," kata wanita asal Ekuador ini.
Teman-temannya beberapa tahun lebih tua dan Ia tentu saja menjadi siswa paling muda di kelas. Sebagai murid paling kecil, Espin kerap dijadikan bahan permaian teman-temannya. Tak sekali dua kali rambutnya ditempel permen karet. Kadang barang-barangnya dicuri, makanannya dibuang ke tempat sampah.
Espin kecil saat itu dikirim ke sekolah Katolik. Ibunya mengirimkan ke sekolah katolik agar Espin dekat dengan Tuhan. "Ayahku juga suka aku sekolah disana. Itu adalah salah satu sekolah terbaik di kota kami. Ia bisa menyombongkan diri bahwa aku sudah bersekolah kepada teman-temannya," kata wanita asal Ekuador ini.
Teman-temannya beberapa tahun lebih tua dan Ia tentu saja menjadi siswa paling muda di kelas. Sebagai murid paling kecil, Espin kerap dijadikan bahan permaian teman-temannya. Tak sekali dua kali rambutnya ditempel permen karet. Kadang barang-barangnya dicuri, makanannya dibuang ke tempat sampah.