Meraih cinta Ilahi

Muslim manapun tentu amat berharap dapat meraih cinta suci Allah Rabbul ‘Izzati. Masalahnya, tak setiap Muslim benar-benar mewujudkan harapannya itu dengan sungguh-sungguh meraih cinta-Nya yang sejati. Sering harapannya itu hanya terbersit di lubuk hati dan sekadar terucap di ujung lisan, tidak sampai termanifestasikan dalam perbuatan. Padahal meraih cinta—apalagi cinta suci Ilahi—tentu mengandung konsekuensi dan butuh pembuktian, bukan sekadar klaim dan angan-angan. Lalu apa konsekuensi dan pembuktiannya?
Allah SWT sendiri menjawab pertanyaan ini dengan berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad), “Jika kalian mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Dia akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (TQS Ali Imran [3]: 31).
Ayat ini turun saat orang-orang Yahudi mengklaim di hadapan Baginda Nabi SAW, “Kami adalah anak-anak Allah dan para kekasih-Nya.”
Manakala mereka mengklaim demikian, Allah SWT menyuruh kekasihnya, Baginda Rasulullah, untuk menyatakan kepada mereka, “Kalau memang begitu, ikutilah aku.”
Sebagai ‘imbalannya’, Allah SWT pun akan mencintaihamba yang mencintai Dia, sekaligus mengampuni dosa-dosanya (Lihat: Muhammad ‘Alan ash-Shiddiqi, Dalil al-Falihin li ath-Thuruq Riyadh ash-Shalihin, II/213).
Dengan demikian, cinta sejati Allah Yang Mahasuci akan kita raih semata-mata jika kita mengikuti Baginda Nabi SAW. Lalu apa di antara tanda bahwa Allah SWT mencintaihamba-Nya? Dalam hal ini Allah SWT berfirman (yang artinya): Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian murtad dari agama Allah, Allah pasti akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan mereka pun mencintai Dia; mereka bersikap lembut kepada kaum Mukmin dankeras terhadap orang-orang kafir; mereka berjihad di jalan Allah; mereka tidak takut terhadap celaan para pencela. Itulah karunia Allah yang Dia berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas dan Mahatahu (TQS al-Maidah [5]: 54).
Ayat ini menghubungkan realitas orang-orang yang Allah cintai itu dengan orang-orang yang senantiasa bersikap lembut kepada kaum Mukmin, keras terhadap kaum kafir, berjihad di jalan Allah dan tidak takut terhadap celaan para pencela.
Selain itu, di antara tanda bahwa Allah mencintai hamba-Nya tersurat dalam sebuah hadits qudsipenuturan Abu Hurairah ra. Disebutkan bahwa Baginda Nabi SAWpernah bersabda, “Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, maka ketahuilah bahwa Aku telah memaklumkanperang terhadap dia. Tidaklah seorang hamba ber-taqarrub kepada Diri-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada perkara yang telah Aku wajibkan kepada dirinya. Seorang hamba terus-menerus bertaqarrub kepada Diri-Ku dengan amalan-amalan nafilah hingga Aku mencintai dia. Jika Aku mencintai dia, Aku menjadi pendengarannya yang dengan itu dia mendengar; menjadi penglihatannya yang dengan itu dia melihat; menjadi tangannya yang dengan itu dia meraba; menjadi kakinya yang dengan itu dia berjalan. Jika dia meminta kepada Diri-Ku, Aku pasti mengambulkan permintaannya. Jika dia meminta perlindungan-Ku, Aku pun pasti melindungi dirinya.” (HR al-Bukhari).
Dari hadits qudsi ini dapat dipahami bahwa cinta Allah SWT kepada hamba-Nya memiliki sejumlah tanda. Pertama: Allah SWT senantiasa menjaga pendengarannya dari hal-hal yang haram untuk didengar, seperti ghibah (menggunjingkan aib orang lain) dan namimah (mengadu-domba) dan yang semisalnya. Kedua: Allah SWT senantia menjaga pandangannya dari perkara-perkara yang haram untuk dipandang (misal: pornografi dan pornoaksi, pen.). Ketiga: Allah SWT senantiasa menjaga tangannya dari menyentuh hal-hal yang haram (misal: menggandeng atau merangkul wanita asing [ajnabi], pen.). Keempat: Allah SWT senantiasa menjaga langkahnya sehingga tidak melangkah ke tempat-tempat yang diharamkan. Dengan demikian, Allah SWT senantiasa mememelihara dirinya dan anggota tubuhnya hingga terlepas dari syahwat dan sebaliknya tenggelam dalam ketaatan. Dengan itu, pendengaran, pandangan, tangan dan langkahnya tidak digunakan kecuali yang memang sesuai dengan tuntunan syariah.Kelima: Allah SWT mengabulkan permohonannya saat ia memohon kepada-Nya. Kelima: Allah SWT melindungi dirinya saat ia memohon perlindungan-Nya (Muhammad ‘Alan ash-Shiddiqi, Ibid., II/215).
Terkait dengan orang-orang yang Allah cintaiini, Baginda Nabi SAWjuga bersabda, “Jika Allah SWT mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, ‘Sesungguhnya Allah SWT mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Jibril pun mencintai dia. Jibril lalu menyeru penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah oleh kalian dia.’ Penduduk langit pun mencintai dia. Kemudian ia pun diterima dan dicintai penduduk bumi.” (Mutaffaq ‘alih).Semoga kita dapat meraih cinta sejati, cinta AllahRabbul ‘Izzati. Wa ma tawfiqi illa bilLah.


0 komentar:

Post a Comment

"Komentar anda sangat bermanfaat untuk perkembangan blog ini. Jangan lupa adab berkomentar, dan jangan buang waktu untuk spam. Terima Kasih!!!."